Senin, 26 Februari 2018

Air Terjun Bihewa

Edit Posted by with No comments
AIR TERJUN BIHEWA 


 Manunggal Jaya merupakan desa terakhir di Distrik Makimi yang didiami oleh berbagai macam suku dan merupakan desa yang masyarakat-nya sangat rukun dan bersahaja. Di desa ini penduduknya bekerja 


sebagai petani atau pekebun dan pemburu. Selain itu, desa ini dialiri oleh sungai besar yaitu “Sungai Lagari.” Tak kalah penting, adalah air terjun yang cukup besar dan sangat indah bila dipandang mata, juga alam di sekitarnya masih sangat alami atau belum tersentuh oleh tangan manusia. Selain itu di air terjun ini mempunyai keunikan yaitu terdapat  batu besar yang berbentuk dua sosok manusia pada dinding gunung yang dialiri oleh air. Inilah cerita asal mulanya terjadi “Air Terjun Bihewa” di Kabupaten Nabire lebih khususnya Daerah Lagari.






Alamat: Urumusu, Uwapa, Kabupaten Nabire, Papua 98853
Jam buka: 

Senin06.00–17.30
Selasa06.00–17.30
Rabu06.00–17.30
Kamis06.00–17.30
Jumat06.00–17.30
Sabtu06.00–17.30
Minggu06.00–17.30


Sumber : https://chirpstory.com › Category › Leisure › Travel › Eastern Indonesia

Taman Nasional Wasur

Edit Posted by with No comments
INDAHNYA TAMAN NASIONAL WASUR



Provinsi Papua memang banyak menyimpan pesona alam yang masih belum banyak terjamah oleh tangan tangan modern. Dari panorama pantai, gunung, hutan alam hingga ragam spesies flora dan fauna yang langka pun berkumpul disini. Jika anda ingin mengintip secuil dari kekayaan alam Papua yang melimpah, salah satunya anda bisa mengunjungi Taman Nasional Wasur.


 Taman Nasional Wasur ini merupakan salah satu bagian dari lahan basah terbesar di Indonesia bahkan di Asia yang masih alami. Luasnya hingga mencapai 413.800 hektar. Kurang lebih 70% bagian dari wilayah ini terdiri dari padang sabana, sementara vegetasi lainnya merupakan hutan rawa-rawa, hutan monsoon, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan sagu. Tanaman yang dominan meliputi spesies mangrove, Terminalia dan Melaleuca.Keragaman hayatinya membuat taman nasional wasur ini dijuluki sebagai "Serengeti Papua"Dari hasil penelusuran Peneliti Badan Suaka Alam Sedunia (WWF) ditemukan kurang lebih sekitar 390 jenis burung di kawasan ini, membuatnya menjadi wilayah paling kaya akan jenis satwa burung di tanah papua bahkan di Indonesia. Puluhan jenis burung seperti burung bangau, bebek rawa dan burung pantai juga berkembang biak disini. Taman ini juga sering disinggahi oleh burung junai yang bermigrasi dari Australia utara.


Tidak hanya itu, terdapat juga 80 jenis mamalia dan 20 diantaranya merupakan satwa endemik. Untuk di habitat keringnya (padang sabana) burung maleo, nuri, kakaktua dan cendrawasih juga berkembang biak. Salah satu  jenis mamalia yang populasinya cukup tinggi di Wasur adalah rusa dan kanguru, burung cenderawasih dan kasuari serta jenis kakatua dan nuri.
Sungai sungai yang megalir melingkari sepanjang kawasan taman nasional Walur ini pun dijadikan tempat berkembang biak ikan kakap dan arwana.  Berbagai jenis tanaman seperti pohon bakau (mangrove), bambu dan sagu pun juga tumbuh subur disini dan hal ini pun dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Satwa rusa pun terlihat banyak berkumpul dikawasan ini untu kmencari minum terutama jika menjelang matahari terbenam, di saat seperti inilah masyarakat pun memburu rusa ini untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual ke luar tanah papua.


Hal unik yang bisa anda temui disini adalah rumah rayap atau rumah semut (musamus) yang tingginya bisa mencapai 5 meter. Sebenarnya rumah rayap ini merupakan istana yang dibangun oleh koloni rayap. Terbuat dari rumput kering dan lumpur serta liur rayap sebagai bahan perekatnya. Pemandangan ini hanya anda bisa lihat di beberapa wilayah saja didunia, salah satunya adalah taman nasional Wasur Papua ini.

 Jika ingin mengunjungi Taman Nasional Wasur Papua ini?

 
Jika anda ingin berkunjung ke Taman Nasional Wasur ini, anda harus berangkat dari kota Jayapura menuju Merauke dengan menggunakan pesawat dan memakan waktu sekitar 1,5 jam. Setibanya anda akan menempuh jalan darat dengan kendaraan beroda empat dan menempuh waktu sekitar 1 hingga 2 jam untuk jarak 9 hingga 85 km dari kota Merauke, melalui jalan Trans Irian (Jayapura – Merauke)
Untuk memasuki kawasan Taman Nasional Wasur ini anda terlebih dahulu melapor di pos penjagaan dan membayar tiket masuknya. Banyak fasilitas yang tersedia di sini salah satunya penginapan yang di sediakan tidak jauh dari area wisata. Dari yang biasa hingga yang berbintang pun ada.
Sekedar tips, jangan lupa untuk selalu membawa air minum sendiri. Krim tabir surya dan lotion anti nyamuk pun juga jangan lupa karena meskipun disini merupakan kawasan alam, namun sinar matahari masih bersinar terik. Sinyal komunikasi pun juga tidak sampai kesini. Jadi ini juga merupakan kesempatan bagi anda untuk menjauhi peradaban kota sesaat dan merasakan alaminya suasana di kawasan ini.
Bagi anda yang masih awam dan ingin menggunakan pemandu, disini juga ada. Dengan mengeluarkan biaya kurang lebih sekitar Rp 300.000 – Rp 350.000 anda akan dipandu menyusuri taman ini dan juga akan disediakan makanan.

Sumber :  ulinulin.com/.../menelusuri-kekayaan-flora-dan-fauna-di-taman-nasional-wasur-papua

Desa Tablanusu

Edit Posted by with No comments
DESA TABLANUSU



Desa Wisata Tablanusu 
A. Selayang Pandang

 Bagi Anda yang menyukai tempat rekreasi yang menyuguhkan banyak hal di satu tempat, datanglah ke sebuah desa nelayan yang bernama Desa Tablanusu. Desa tersebut terletak di Kecamatan Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Di desa nelayan yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah setempat sebagai desa wisata itu, para wisatawan siap dimanjakan dengan aneka jenis wisata, seperti wisata hutan, wisata pantai, wisata danau, wisata sejarah, dan wisata budaya. 



Sebelum menetap di desa nan asri ini, nenek moyang masyarakat Tablanusu telah pindah sebanyak dua kali. Pertama sekali mereka mendiami dua pulau di teluk yang tidak jauh letaknya dari tempat tinggal mereka sekarang. Disebabkan musibah tsunami yang menyapu daerah tersebut, mereka yang selamat kemudian mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kemudian, perkampungan baru tersebut mereka namakan Kampung Tua. Ketika mendiami Kampung Tua ini, mereka berprofesi sebagai peladang, dengan umbi-umbian dan pisang sebagai tanaman andalan. Karena jumlah penduduk yang terus bertambah, sementara lahan untuk berladang kian terbatas, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah lagi. Setelah menemukan lokasi yang cocok, perkampungan baru tersebut kemudian diberi nama Tablanusu, yang artinya tempat matahari terbenam. Saat berada di Tablanusu inilah mata pencarian mereka beralih dari peladang menjadi nelayan.

B. Keistimewaan


Alami, asri, dan eksotik. Begitulah kira-kira kesan wisatawan ketika berada di Desa Wisata Tablanusu. Bahkan, kesan tersebut telah dapat dicerap para wisatawan tatkala menempuh perjalanan dari Dermaga Depapre menggunakan perahu bermesin tempel menuju Dermaga Tablanusu, satu-satunya pintu masuk ke desa tersebut. Sebab, di sepanjang perjalanan, wisatawan akan berdecak kagum melihat hijau dedaunan dari aneka pepohonan, bening air laut, serta barisan perbukitan dan pegunungan. Udaranya yang bersih dan sejuk melengkapi kepuasan wisatawan berekreasi ke desa nelayan tersebut.
Suasana eksotis dan nuansa mistis langsung menyergap wisatawan, begitu menginjakan kaki di desa wisata tersebut. Sebab, berbeda dengan desa nelayan pada umumnya yang akrab dengan hamparan pasir, sebagian besar wilayah Desa Wisata Tablanusu justru diselimuti batu koral hitam. Di desa tiga hektar ini, ke arah mana saja pandangan dilayangkan, hanya hamparan batu alam mengkilap yang terlihat. Begitu juga, ke mana pun kaki dilangkahkan, suara batu koral yang terinjak senantiasa terdengar. Disebabkan gesekan batu yang terinjak menyerupai isak tangis, desa nelayan ini pun kemudian dijuluki dengan nama Desa Batu Menangis. Konon, batu koral hitam yang menyelimuti Desa Tablanusu telah ada sedari nenek moyang mereka memutuskan pindah ke wilayah tersebut. Batu-batu koral itu juga dapat digunakan sebagai tempat pijat refleksi alami telapak kaki.

Sumber :  papuauntuksemua.wikidot.com/id:desa-wisata-tablanusu

Taman Nasional Lorentz

Edit Posted by with No comments

TAMAN NASIONAL LORENTZ






Taman Nasional Lorentz adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Papua, Indonesia. Dengan luas wilayah sebesar 2,4 juta Ha; Lorentz merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara.
Taman ini masih belum dipetakan, dijelajahi dan banyak terdapat tanaman asli, hewan dan budaya. Pada 1999 taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Wilayahnya juga terdapat persediaan mineral, dan operasi pertambangan berskala besar juga aktif di sekitar taman nasional ini. Ada juga Proyek Konservasi Taman Nasional Lorentz yang terdiri dari sebuah inisiatif masyarakat untuk konservasi komunal dan ekologi warisan yang berada di sekitar Taman Nasional Loretz ini.
Dari tahun 2003 hingga kini, WWF-Indonesia Region Sahul Papua sedang melakukan pemetaan wilayah adat dalam kawasan Taman Nasional Lorentz. Tahun 2003- 2006, WWF telah melakukan pemetaan di Wilayah Taman Nasional Lorentz yang berada di Distrik (Kecamatan) Kurima Kabupaten Yahukimo, dan Tahun 2006-2007 ini pemetaan dilakukan di Distrik Sawaerma Kabupaten Asmat.
Nama Taman Nasional ini diambil dari seorang Penjelajah asal Belanda, Hendrikus Albertus Lorentz,yang melewati daerah tersebut pada tahun 1909 yang merupakan ekspedisinya yang ke-10 di Taman Nasional ini.


Keadaan geografis



 Taman Nasional Lorentz merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Pasifik. Kawasan ini juga merupakan salah satu di antara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Membentang dari puncak gunung yang diselimuti Salju (5.030 meter dpl), hingga membujur ke perairan pesisir pantai dengan hutan bakau dan batas tepi perairan Laut Arafura. Dalam bentangan ini, terdapat spektrum ekologis menakjubkan dari kawasan Vegetasi alpin, sub-alpin, montana, sub-montana, Dataran Rendah, dan lahan basah.
Selain memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdapat pula beberapa kekhasan dan keunikan adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Baliem.
Sebanyak 34 tipe vegetasi di antaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.
Jenis-jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa fruticans), bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia marina, Podocarpus pilgeri, dan Nauclea coadunata.


Satwa.


Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional Lorentz sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari burung yang ada di Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan 20 jenis endemik di antaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx).
Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii), babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.


Keanekaragaman dan Tempat Wisata



Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan ditunjang keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut berumur 30.000 tahun dan merupakan tempat kediaman Suku Nduga, Dani Barat, Suku Amungme, Suku Sempan dan Suku Asmat. Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang hidup terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan dengan manusia modern.
Suku Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Menurut kepercayaannya, suku tersebut identik dengan hutan atau pohon. Batang pohon dilambangkan sebagai tubuh manusia, dahan-dahannya sebagai lengan, dan buahnya sebagai kepala manusia. Pohon dianggap sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka. Sistem masyarakat Asmat yang menghormati pohon, ternyata berlaku juga untuk sungai, gunung dan lain-lain.


Lorentz ditunjuk sebagai taman nasional pada tahun 1997, sehingga fasilitas/sarana untuk kemudahan pengunjung masih sangat terbatas, dan belum semua objek dan daya tarik wisata alam di taman nasional ini telah diidentifikasi dan dikembangkan.
Sebanyak 34 tipe vegetasi di antaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan lahan datar/lereng, hutan hujan pada bukit, hutan kerangas, hutan pegunungan, padang rumput, dan lumut kerak.
Jenis-jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain nipah (Nypa fruticans), bakau (Rhizophora apiculata), Pandanus julianettii, Colocasia esculenta, Avicennia marina, Podocarpus pilgeri, dan Nauclea coadunata. Jenis-jenis satwa yang sudah diidentifikasi di Taman Nasional Lorentz sebanyak 630 jenis burung (± 70 % dari burung yang ada di Papua) dan 123 jenis mamalia. Jenis burung yang menjadi ciri khas taman nasional ini ada dua jenis kasuari, empat megapoda, 31 jenis dara/merpati, 30 jenis kakatua, 13 jenis burung udang, 29 jenis burung madu, dan 20 jenis endemik di antaranya cendrawasih ekor panjang (Paradigalla caruneulata) dan puyuh salju (Anurophasis monorthonyx).
Satwa mamalia tercatat antara lain babi duri moncong panjang (Zaglossus bruijnii), babi duri moncong pendek (Tachyglossus aculeatus), 4 jenis kuskus, walabi, kucing hutan, dan kanguru pohon.


Akses Transportasi


Dari kota Timika ke bagian Utara kawasan menggunakan penerbangan perintis dan ke bagian Selatan menggunakan kapal laut melalui Pelabuhan Sawa Erma, dilanjutkan dengan jalan setapak ke beberapa lokasi. Dari kota Wamena ke bagian selatan kawasan menggunakan kendaraan mobil menuju Danau Habema, dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju Puncak Trikora.

Sumber : Wikipedia.com